Jumat, 21 Juni 2013

Mengatasi Rasa Takut Kehilangan Uang

Mengatasi Rasa Takut Kehilangan Uang



Uang yang Anda jadikan mimpi untuk kaya bisa membuat takut kehilangannya. Solusi agar berhasil dalam berbisnis atau berinvestasi tanpa perasaan takut kehilangan uang bisa Anda pelajari berikut.

Perbedaan utama antara orang kaya dengan orang miskin adalah cara mereka mengatasi itu.
(Robert T. Kiyosaki)


Keterangan :


Tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang akan kehilangan uang, namun juga tidak ada orang kaya yang tidak pernah kehilangan uang. Sebaliknya banyak orang miskin yang tidak pernah kehilangan serupiah pun karena sebenarnya mereka tidak pernah berinvestasi atau berbisnis sama sekali.


Ketakutan akan kehilangan uang adalah Riil. Setiap orang mempunyai rasa takut, bahkan orang kaya pun takut. Bedanya, karena ketakutan tadi, orang miskin berhenti bertindak. Orang kaya, karena ketakutan tadi mereka akan berhati-hati tetapi tetap bertindak.


Solusi mengatasi rasa takut kehilangan uang menurut Robert Kiyosaki adalah jika kamu membenci risiko dan karenanya merasa cemas….mulailah dari dini.


Jika anda mulai saat muda, mudahlah untuk menjadi sangat kaya. Dikatakan oleh Albert Einstein bahwa salah satu keajaiban dunia adalah bunga-berbunga. Pembelian Pulau Manhattan dikatakan menjadi salah satu transaksi terbesar sepanjang masa. New York dibeli seharga 24 dollar dengan perhiasan dan manik-manik. Namun, jika 24 dollar itu diinvestasikan, dengan bunga 8% per tahun, 24 dollar itu akan bernilai lebih dari 28 trilyun dollar pada tahun 1995.


Menurut saya pribadi, bagaimana kita bisa menjadi berani melangkah dengan kemungkinan berhasil yang lebih tinggi adalah :


1. Memahami beda risiko dengan berisiko.
2. Dengan mengajukan pertanyaan yang benar.


Bila kita mengajukan pertanyaan yang salah seperti ini :


- “Nanti jangan-jangan bangkrut?”
- “Kalau rugi bagaimana?”
- “Kalo gagal bagaimana?”


Pertanyaan ini tidak adil, kenapa? Karena semua mungkin bangkrut, mungkin gagal, mungkin rugi. Dengan pertanyaan seperti ini orang akan takut.

Pertanyaan yang benar :


- “Ruginya apa bila saya tidak bertindak sekarang?”
- “Untungnya apa bila saya bertindak sekarang?”


Karena otak kita hanya mencari nikmat atau menghindari sengsara. Maka dengan pertanyaan seperti itu otak kita jadi tahu kenikmatan apa jika kita berani bertindak dan kesengsaraan apa jika kita tidak bertindak.


Tapi kita tidak boleh naïf hanya berani saja dan asal bertindak sedemikian sehingga kemungkinan bangkrutnya besar. Untuk membantu memperbesar kemungkinan berhasilnya kita harus membuat pertanyaan sebagai berikut :


- “Siapa yang sudah berhasil dibidang yang kita inginkan?”
- “Bagaimana saya bisa bekerja/magang untuk belajar kepada yang bersangkutan?”
- “Kapan saya akan belajar?”
- “Apa yang harus saya pelajari atau saya ketahui atau harus bekerja sama kepada siapa untuk memperbesar kemungkinan berhasilnya?
Sumber : http://www.tdwclub.com


Perbedaan Pengertian Resiko Dengan Beresiko

Perbedaan Pengertian Resiko Dengan Beresiko 



Keraguan berbisnis sering dikaitkan dengan resiko dan beresiko. Keduanya berbeda pengertiannya. Agar finansial Anda meningkat pelajari perbedaan resiko dan beresiko.


Salah satu langkah untuk menemukan jalur cepat finansial Anda, mengetahui perbedaan antara risiko dan berisiko. (Robert T. Kiyosaki)


Keterangan :


Sering orang mengatakan bahwa bisnis dan investasi adalah berisiko. Menurut Robert Kiyosaki bisnis dan investasi adalah tidak berisiko, yang berisiko adalah tidak mempunyai pengetahuan.



Menurut saya pribadi, risiko adalah konsekuensi negatif yang selalu ada dalam setiap tindakan ataupun setiap hal. Contohnya ketika Anda duduk membaca artikel ini selalu ada konsekuensi negatifnya, entah besar atau kecil. Misalnya, konsekuensi besar walaupun kemungkinannya kecil, Anda kejatuhan helicopter dan meninggal mendadak. Konsekuensi kecil misalnya sebelah Anda kentut sedemikian sehingga Anda mencium bau tidak enak.


Sedangkan berisiko menurut saya adalah konsekuensi negatif yang kombinasi antara besar kerugian dan besar kemungkinan terjadinya tidak bisa kita terima. Contohnya, misalkan kita memulai bisnis dengan menjual semua asset kita dan harus menjual semua harta kita dan masih hutang 1 juta Dollar (9 milyar rupiah) kepada preman/mafia yang mengancam akan membunuh keluarga kita (bila kita tidak mengembalikan tepat waktu) ke dalam bisnis yang sama sekali kita tidak tahu dengan team yang sama sekali baru. Bisnis ini bagi kita berisiko. Tetapi semisal yang memodali adalah Bill Gates (Pemilik Microsoft) maka bagi Bill Gates bisnis 1-2 juta Dollar adalah tidak berisiko, walaupun kemungkinan berhasil bisnisnya sangat kecil. Kenapa? Karena Bill Gates menyumbang 1 Milyar Dollar untuk Aids saja tidak apa-apa. Jadi misalnya bisnis tadi bangkrut pun tidak berisiko bagi Bill Gates. Tetapi bagi orang yang menjual semua dan masih hutang kepada preman/mafia maka bisnis tersebut adalah berisiko.


Dikatakan oleh Robert Kiyosaki “Saya sangat prihatin bahwa terlalu banyak orang menaruh perhatian pada uang bukan pada kemakmuran mereka yang terbesar yakni pendidikan mereka.” Intelegensi memecahkan masalah dan menghasilkan uang. Uang tanpa disertai intelegensi finansial akan segera habis.


Kita tentu pernah mendengar kisah tentang orang miskin yang memenangkan undian atau mendapatkan warisan hingga langsung kaya. Tapi dalam beberapa tahun kemudian mereka kembali miskin. Kenapa? Karena mereka tidak memiliki kebiasaan serta pengetahuan yang cukup untuk mempertahankan atau bahkan mengembangkan kekayaannya.


Jadi, sungguh berisiko apabila orang tidak meluangkan uang, waktu, tenaga serta pikiran untuk terus belajar bagaimana mencari, mengelola dan mengembangkan uang.


Rabu, 12 Juni 2013

Tony Hsieh Berbagi Kisah Suksesnya bersama Zappos

Tony Hsieh Berbagi Kisah Suksesnya bersama Zappos



Kisahnya bermula dari Tony Hsieh yang pindah dari Taiwan ke Amerika Serikat bersama keluarganya karena ibunya kuliah di University of Illinois. Sejak kecil, Tony memang dididik untuk menjadi seseorang yang intelek dan memiliki profesi prestisius. Ia bahkan didorong oleh kedua orang tuanya untuk mendapatkan gelar Ph.D (doctor of philosophy).

Namun, sejak kecil Tony sebenarnya ingin memiliki bisnis sendiri. Ia pun sempat bercita-cita untuk memiliki peternakan cacing terbesar dan mendapatkan banyak uang darinya. Saat masih kecil, Tony bahkan sudah sempat membeli cacing-cacing untuk dikembangbiakkan, tapi usahanya kandas.

Ide-ide berbisnisnya pun terus muncul seiring ia tumbuh besar. Saat SMP, ia mencoba menulis dan menjual majalahnya sendiri. Selain itu, ia juga sempat berbisnis kancing pesanan, di mana ia beriklan di sebuah majalah dan mengumumkan bahwa ia akan membuat kancing dengan foto sang pemesan. Bisnisnya sebenarnya sudah cukup sukses, karena ia pun kewalahan membuat kancing pesanan. Namun, lama-lama ia menjadi bosan, dan “mewariskan” bisnisnya itu pada saudaranya.

Waktu pun berlalu, dan di bangku kuliah pun Tony masih terus memiliki ide bisnis yang bermunculan. Di universitasnya, Harvard University, ia dan teman-temannya bahkan sempat menyewakan tempat nonton film dan menginvestasikan $2000 untuk membangun bisnis pizza. Lagi-lagi bisnisnya laris manis, karena mereka satu-satunya penjual pizza di lingkungan kampus.

Nah, ketika lulus kuliah, Tony sempat bekerja di Oracle, sebuah perusahaan software terkemuka. Gaji yang ia terima di sana sebenarnya sangat besar ($ 40,000 / Rp 400 juta per tahun) dan pekerjaannya juga cukup mudah. Tapi justru itulah sebab mengapa Tony bosan dan menginginkan tantangan baru. Ia masih ingin mewujudkan mimpinya untuk memiliki kebebasan dengan bisnisnya sendiri.

Setelah mengundurkan diri dari Oracle, ia dan rekannya pun sempat mendirikan usaha web design, sampai mendirikan LinkExchange yang akhirnya sukses terjual seharga $265 juta (sekitar Rp 2.65 trilyun) pada Microsoft. Belum cukup sampai di situ, Tony dan rekan-rekannya merasa masih ada yang hilang meski mereka sudah kaya raya.

Tony pun bertemu dengan Nick Swinmurn yang menawarkan ide untuk membuat situs yang menjual sepatu. Tony pun setuju, dan akhirnya memberi nama situs tersebut Zappos di tahun 1999, yang diambil dari bahasa Spanyol Zapatos, yang berarti sepatu.

Zappos pun terus berkembang dengan pesat, dari nol penjualan sampai laba kotor $1 milyar tiap tahunnya. Masih belum berhenti sampai di situ, perusahaan raksasa Amazon milik Jeff Bezos pun membeli Zappos di tahun 2009 seharga $1.7 milyar (sekitar Rp 17 trilyun) dan terus berkembang sampai sekarang dengan diversifikasi produk di luar sepatu.

Di bulan Januari 2010, Zappos berhasil masuk jajaran majalan Fortune untuk “Best Companies to Work for" – perusahaan terbaik untuk bekerja.

Apakah rahasia Zappos sampai bisa sesukses ini?

Jawabannya ada pada budaya perusahaan (company culture).

Jika pada diri pribadi seseorang, karakter adalah kunci sukses. Tapi, bagi sebuah perusahaan budaya adalah kunci sukses.

Zappos memperlakukan pekerja mereka lebih dari seorang karyawan. Sampai-sampai, seorang karyawati yang baru saja kehilangan suaminya memutuskan untuk langsung menelpon teman-temannya di Zappos, bukannya anggota keluarga.

Zappos juga mendorong pekerja-pekerjanya untuk bekerja sepenuh hati. Mereka didorong untuk menganggap pekerjaan mereka lebih dari sekedar karir, melainkan sebagai sebuah panggilan.

“Our goal at Zappos is for our employees to think of their work not as a job or career, but as calling.”

Zappos memiliki prinsip untuk terus memuaskan pelanggan dengan tulus, selalu membuat mereka berkata “Wow!”, dan pelayanan pelanggan lain. Uang dan laba hanyalah bonus bagi mereka.


Apa yang ingin dicapai Tony bukanlah uang semata, melainkan memberikan kebahagiaan kepada dunia melalui Zappos.

Selasa, 04 Juni 2013

Didepan atau Dibelakang Anda Harus Tetap Membayar

Didepan atau Dibelakang Anda Harus Tetap Membayar


Banyak cara untuk sukses dalam kehidupan Anda baik karir, keluarga maupun semua aspek. Menunda sesuatu tidak baik sebab di kemudian hari Anda tetap harus membayar penundaan tersebut.

(Sebuah cerita yang untuk direnungkan oleh Anda)

Saya baru saja mendengar sebuah cerita dari seorang mentor saya lainnya, tentang pentingnya sebuah pembelajaran, tapi kali ini dia melihat dari sisi yang berbeda. Salah satu kata-kata yang bagus yang Saya dengar darinya adalah,
"didepan atau dibelakang Anda harus tetap membayar"
maksudnya adalah,
entah Anda belajar sekarang (membayar) tentang pernikahan sempurna atau 

Anda masuk ke pengadilan dan menggunakan (membayar) pengacara untuk kasus pertengkaran dalam pernikahan Anda. Karena Anda belum membayar tentang belajar bagaimana seharusnya pasangan suami istri bersama.
entah Anda membayar sekarang dengan memakan makanan yang sehat dan berolahraga, atau Anda membayar nanti dengan lemahnya badan Anda di hari tua dan rentetan penyakit lainnya. entah Anda melakukan medical checkup sekarang (membayar) atau Anda baru mengetahui nanti saat penyakit sudah keluar dan (membayar) pergi ke dokter dengan biaya yang lebih tinggi. Karena 

Anda belum membayar dari awal untuk mencegah.
entah Anda mengikuti seminar (membayar) tentang keuangan , atau Anda (membayar) mengalami kerugian karena tidak mengerti bahasa ekonomi, dan seluk beluk bisnis secara kasus nyata.
entah Anda belajar sekarang (membayar) tentang bagaimana caranya mendidik anak dengan baik, atau Anda harus rela (membayar) jika anak Anda kurang sopan dan tidak berbakti kepada Anda nantinya
Dan, sekali lagi dari semua contoh diatas, yang bisa ditarik kesimpulan adalah :
Membayar didepan selalu harganya jauh lebih murah dibandingkan membayar dibelakang.

So, pada kesempatan kali ini, Saya ingin mengajak Anda semua untuk belajar sebuah produk, tentang bagaimana caranya membuang penundaan dan membayar semua didepan. Sehingga pada nantinya Anda tidak perlu takut untuk (membayar) menghadapi permasalahan dalam hidup Anda, tentang bagaimana caranya hidup seimbang , sukses dalam karir, keluarga , financial , kesehatan, sosial dan aspek lainnya dalam kehidupan Anda.
Ingat sekali lagi, selalu lebih baik belajar untuk mencegah , sehingga Anda akan tumbuh jauh lebih cepat saat menghadapi rintangan dibandingkan oleh orang lain.


Sumber : Tung Desem Waringin : http://www.tdwclub.com

Membangun Pipa Saluran Uang

Membangun Pipa Saluran Uang


Mengatur keuangan yang membuat Anda semakin kaya adalah lebih banyak menghasilkan uang daripada uang yang keluar. Pola membangun pipa saluran uang akan membuat uang terus mengalir kepada Anda.
Apakah aku membangun saluran pipa untuk mengalirkan uang atau mengangkuti ember? (Robert T. Kiyosaki)
Keterangan :
Sebenarnya ilustrasi diatas adalah untuk membedakan antara orang-orang yang terus menjadi employee atau self employee dengan orang yang membangun bisnisnya dan investasinya sehingga terwujud pipa penghasilannya. Seperti dikisahkan oleh Robert Kiyosaki berikut :

Zaman dahulu kala ada sebuah desa kecil yang indah. Tempat itu sangat menyenangkan namun memiliki sebuah masalah. Desa itu tak punya air bila tak turun hujan, makanya para tetua desa memutuskan untuk menawarkan kontrak kepada siapa saja yang bisa menyediakan air bagi penduduk desa itu. Akhirnya ada dua orang yang mengajukan diri, dan para tetua desa berharap akan ada persaingan diantara mereka yang pada akhirnya dapat menekan harga.

Orang pertama yang menjalankan kontrak itu bernama Ed. Ia langsung membeli 2 buah ember dan langsung mengisi penampungan air (yang sudah dibuat dari beton oleh penduduk) dengan cara mengangkut air dari danau ke penampungan dengan kedua embernya dari pagi hingga petang. Setiap pagi ia harus bangun lebih awal untuk memastikan persediaan air cukup bagi penduduk desa saat mereka memerlukannya. Ia harus bekerja keras, tapi ia sangat senang karena bisa menghasilkan uang.


Pemegang kontrak kedua bernama Bill, yang beberapa waktu malah menghilang. Dia tidak membeli 2 ember untuk bersaing dengan Ed, malah membuat rencana usaha, mendirikan perusahaan, mencari penanam modal, mengangkat asisten untuk melakukan pekerjaannya dan kembali setelah enam bulan dengan membawa kru bangunan yang siap membangun jaringan pipa baja anti karat bervolume besar yang menyambungkan desa dengan danau. Pada saat pembukaan, Bill mengatakan bahwa airnya lebih bersih, bisa memasok 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 75% lebih murah dari Ed. Penduduk desa bersorak berlari kearah kran pipa Bill.

Supaya bisa bersaing, Ed juga menurunkan harga. Mempekerjakan kedua putranya untuk membantu giliran kerja malam dan pada akhir pekan. Ketika anaknya sekolah di perguruan tinggi, ia berkata pada mereka “Cepatlah kembali karena suatu saat bisnis ini akan menjadi milik kalian.” Entah kenapa, setelah lulus anak-anaknya tak pernah kembali. Dan akhirnya Ed mendapat masalah-masalah kepegawaian, karyawan menuntut naik gaji, peningkatan tunjangan dan ingin hanya mengangkut satu ember sekali jalan.

Berbeda dengan Bill, dia sadar bahwa desa-desa yang lain juga membutuhkan air. Makanya ia menulis ulang rancangan bisnisnya dan pergi untuk menjual sistem penyaluran air bersihnya ke desa-desa di seluruh dunia. Ia hanya mendapat keuntungan satu penny untuk setiap ember, tapi ia mengirimkan miliaran ember air setiap harinya dan semua uang itu mengalir kedalam rekening banknya. Bill telah membangun saluran pipa untuk mengalirkan uang bagi dirinya sendiri.

Belajar dari Robert Kiyosaki adalah untuk mereka yang sudah lelah mengangkuti ember dan siap membangun pipa agar uang bisa mengalir kedalam kantong mereka….bukan ke luar kantong mereka.

Sumber : Tung Desem Waringin : http://www.tdwclub.com